Pada bagian berikut akan diperhatikan
kesalahan-kesalahan penbentukan kata, baik dalam bahasa lisan maupun dalam
bahasa tulisan.
A.
Penganggalan Awalan Me-
Penganggalan pada judul cerita dalam surat
kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan me- harus eksplisit.
Dibawah ini diperhatikan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Contoh:
1. Indonesia luncurkan pesawat sukhoi (salah)
2. Indonesia meluncurkan pesawat sukhoi (benar)
B. Penagnggalan Awalan Ber-
Kata-kata yang berawalan Ber- sering
mengandalkan awalan Ber. Padahal awalan Ber harus dieksplisitkan secara jelas.
Berikut ini contoh salah dan benar dalam pemakaian.
Contoh:
1. Sampai jumpa Minggu depan (salah)
2. Sampai berjumpa Minggu depan (benar)
C. Peluluhan Bunyi 'c'
Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi
luluh apabila mendapat awalan me. Padahal tidak seperti itu.
Contoh:
1. Budi sedang menyuci sepatu (salah)
2. Budi sedang mencuci sepatu (benar)
D.
Penyengauan Kata Dasar
Ada gejala penyengauan bunyi awal kata dasar,
penggunaan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam
ragam tulis. Akhirnya pencampuran antara ragam lisan dan ragam tulis
menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.
Contoh:
Nyopet, mandang, nulis, dan nambrak. Dalam
bahasa Indonesia kita harus menggunakan kata-kata mencopet,memandang, menulis,
dan menembrak.
E. Bunyi s, k, p, dan t yang Tidak Luluh
Kata dasar yang bunyi awalnya s, k, p, atau t
sering tidak luluh jika mendapat awalan me atau pe. Padahal menurut kaidah buku
bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Contoh:
1. Semua Warga Negara Indonesia harus mentaati peraturan yang berlaku (salah)
2. Semua Warga Neraga Indonesia harus menaati peraturan yang berlaku (benar)
F. Awalan Ke- yang Kelirugunaan
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang
seharusnya berawalan ter sering diberi awalan ke. Hal itu disebabkan oleh
kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
1. Pengendara sepeda itu
meninggal karena ketambrak oleh mobil (salah)
2. Pengendara sepeda itu
meninggal karena tertambrak oleh mobil (benar)
Perlu tiketahui bahwa awalan ke hanya dapat
menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan ke tidak
dapat dipakai kecuali pada kata kekasih, kehendak, dan ketua.
G.
Pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif
dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia
baku untuk akhiran –ir adalah asi atau isasi.
Contoh:
1. Saya tidak sanggup
mengkoordinir kegiatan itu (salah)
2. Saya tidak sanggup
mengkoordinasi kegiatan itu (benar)
H.
Padanan yang Tidak Serasi
Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang
cermat memilih padanan yang serasi, yang muncul dalam kehitupan sehari-hari
adalah padanan yang tidak sepadan atau yang tidak serasi. Hal itu, terjadi
karena dua kaidah yang berselang, atau yang bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
1. Karena modal di bank
terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah)
2. Karena modal di bank
terbatas, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit (benar)
3. Modal di bank terbatas,
sehingga tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit (benar)
Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang
menggabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata
walaupun dan tetapi.
I. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada dan daripada
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata
di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan.
Contoh:
1. Putusan dari pada gubernur itu melegakan hati rakyat. (salah)
2. Putusan gubernur itu
melegakan hati rakyat. (benar)